Khalid bin
walid : panglima perang yang dipecat karena tak pernah berbuat kesalahan.
Pada zaman
Pemerintahan Sayyidina Umar bin Khatab, ada seorang panglima perang yang
disegani lawan dan dicintai kawan. Panglima perang yang tak pernah kalah
sepanjang karirnya memimpin tentara dimedan perang. Baik saat beliau masih jadi
panglima Quraisy, maupun setelah beliau masuk Islam dan menjadi panglima perang
umat muslim. Beliau adalah Jendral Khalid bin Walid. Ada satu kisah menarik
dari Khalid bin Walid. Dia memang sangat sempurna dibidangnya; ahli siasat
perang,mahir segala senjata, piawai dalam berkuda, dan kharismatik di tengah
prajuritnya. Dia juga tidak sombong dan lapang dada walaupun dia berada dalam
puncak popularitas. Pada suatu ketika, disaat beliau berada digaris paling
depan, memimpin peperangan, tiba-tiba datang seorang utusan dari Amirul
mukminin, Syaidina Umar bin Khatab, yang mengantarkan sebuah surat. Didalam
surat tertulis tentang pesan singkat,” dengan ini saya nyatakan Jenderal Khalid
bin Walid dipecat sebagai panglima perang. Segera menghadap!”.
Menerima
khabar tersebut tentu saja sang Jenderal sangat gusar hingga tak bisa tidur.
Beliau terus-menerus memikirkan alasan pemecatannya. Kesalahan apa yang telah saya
lakukan? Kira-kira begitulah yang berkecamuk didalam pikiran beliau kala itu.
Sebagai prajurit
yang baik, taat pada atasan, beliaupun segera siap menghadap Khalifah Umar Bin
Khatab. Sebelum berangkat beliau menyerahkan komando perang kepada
penggantinya. Sesampai didepan Umar beliau memberikan salam, “ assalamualaikum
ya Amirul mukminin! Langsung saja! saya menerima surat pemecatan. Apa betul
saya dipecat?”
“waalaikumsalam
warahmatullah! Betul Khalid!” jawab Khalifah.
“kalau masalah
dipecat itu hak Anda sebagai pemimpin. Tapi, kalau boleh tahu, kesalahan saya
apa?” “kamu tidak punya kesalahan.”
“kalau tidak punya
kesalahan kenapa sya dipecat? Apa saya tak mampu menjadi panglima?”
“pada zaman ini kamu
adalah panglima terbaik”
“lalu kenapa saya
dipecat?” Tanya jenderal Khalid yang tak bisa menahan rasa penasarannya.
Dengan
tenang Khalifah Umar Bin Khatab menjawab, “Khalid, Anda itu jenderal terbaik,
panglima perang terhebat. Ratusan peperangan telah Anda pimpin, dan tak pernah
satu kalipun Anda kalah. Setiap hari Masyarakat dan prajurit selalu menyanjung
Anda. Tapi, ingat Khalid, Anda juga adalah manusia biasa. Terlalu banyak orang
yang memuji bukan tidak mungkin akan timbul rasa sombong dalam hatimu.
Sedangkan Allah sangat membenci orang yang memiliki rasa sombong. Seberat debu
rasa sombong didalam hati maka neraka jahanamlah tempatmu. Karena itu, maafkan
aku wahai saudaraku, untuk menjagamu terpaksa saat ini Anda saya pecat. Supaya
Anda tahu, jangankan dihadapan Allah, didepan Umar saja Anda tak bisa berbuat
apa-apa!”
Mendengar
jawaban itu, Jenderal Khalid tertegun, bergetar, dan goyah. Dan dengan segenap
kekuatan yang Ada beliau langsung mendekap Khalifah Umar. Sambil menangis
beliau berbisik, “terimakasih ya Khalifah. Engkau saudaraku!” Jenderal mana
yang berlaku mulia seperti itu? Mengucapkan terimakasih setelah dipecat.
Hebatnya lagi, setelah dipecat beliau balik lagi di medan perang. Tapi, tidak
lagi sebagai panglima perang. Beliau bertempur sebagai prajurit biasa, sebagai
bawahan, di pimpin oleh mantan bawahannya kemarin. Beberapa orang prajurit
terheran-heran melihat mantan panglima perang gagah berani tersebut masih mau
ikut ambil bagian dalam peperangan. Padahal sudah di pecat. Lalu, ada diantara
mereka yang bertanya, “ya Jenderal, mengapa Anda masih mau berperang? Padahal
Anda sudah dipecat.” Dengan tenang Khalid bin Walid menjawab, “saya berperang
bukan karena jabatan, popularitas, bukan juga karena Khalifah umar. Saya
berperang semata-mata karena mencari keridhaan Allah.” Sebuah kisah yang sangat
indah dari seorang jenderal, panglima perang, Pedang Allah yang Terhunus. Kita
bisa mengambil hikmah dari kisah ini. Betapa rendah hati Sahabat Nabi yang
mulia ini. Beliau penuh kemuliaan, punya jabatan, popular dan tak pernah
berbuat kesalahan. Namun, ketika semua itu dicabut beliau sedikitpun tak
terpengaruh. Beliau tetap berbuat yang terbaik. Karena memang tujuannya
semata-mata hanya mencari keridhaan Allah SWT. Semoga beliau dimuliakan disisi
Allah SWT, amin.