Fun cooking

Fun cooking
belajar menjadi pengusaha

Kamis, 19 April 2018

Bapak Pandu Dunia


Mengenal Sosok Bapak Pandu Sedunia, Lord Baden Powell

Sejarah Seorang Baden Powell yang menjadi bapak pandu sedunia (Chief Scout of The World) tidak bisa kita pisahkan dari sejarah kepanduan di Dunia dan terutama di Indonesia. Selain sebagai pendiri gerakan kepanduan sedunia, Pengalaman seorang Baden Powell lah yang mendasari sebuah Minat, Pengembangan dan Pembinaan Remaja di Inggris yang kemudian berkembang dan diadaptasi sebagai sistem pendidikan kepanduan sedunia. Baden Powell Lahir di Paddington, London Pada Tanggal 22 Februari 1857, Nama kecilnya yaitu Robert Smyth Baden Powell. Setelah selesai bersekolah di Rose Hill School, Tunbridge Wells, Robert Stephenson (Baden Powell) Mendapatkan sebuah beasiswa untuk bersekolah di Charterhouse. Baden Powell lalu menulis Sebuah buku yang berjudul "Aids To Scouting" pada Tahun 1899, Buku ini sebenarnya diperuntuhkan untuk para Tentara di Inggris. Namun, buku ini laris karena Peminatnya dari berbagai kalangan Seperti Guru dan Organisasi pemuda yang ada pada saat itu. Pada 1938 Royal Academy of Sweden menganugerahkan Lord Baden-Powell dan semua Gerakan Pramuka hadiah Nobel Perdamaian untuk tahun 1939. Pergerakan Pramuka dan Pandu Puteri merayakan 22 Februari sebagai hari Baden powell, untuk memperingati dan merayakan jasa Ketua Pramuka dan Ketua Pandu Puteri Dunia. Dia meninggal dan dimakamkan di Kenya, di Nyeri, dekat Gunung Kenya, pada 8 Januari 1941.

Mengenal sejarah tahun baru Imlek


MENGENAL SEJARAH TAHUN BARU IMLEK

Tahun Baru Imlek merupakan perayaan terpenting orang Tionghoa. Perayaan tahun baru imlek dimulai di hari pertama bulan pertama (Tionghoa: 正月; pinyin: zhēng yuè) di penanggalan Tionghoa dan berakhir dengan Cap Go Meh 十五冥 元宵 di tanggal kelima belas (pada saat bulan purnama). Malam tahun baru imlek dikenal sebagai Chúxī yang berarti "malam pergantian tahun". Di Tiongkok, adat dan tradisi wilayah yang berkaitan dengan perayaan Tahun Baru Imlek sangat beragam. Namun, kesemuanya banyak berbagi tema umum seperti perjamuan makan malam pada malam Tahun Baru, serta penyulutan kembang api.
ASAL USUL SEJARAH TAHUN BARU IMLEK
Sebelum Dinasti Qin, tanggal perayaan permulaan sesuatu tahun masih belum jelas. Tahun pertama Tahun Baru Imlek/Yinli dihitung berdasarkan tahun pertama kelahiran Kongfuzi (Confucius), hal ini dilakukan oleh Kaisar Han Wudi sebagai penghormatan kepada Kongfuzi yang telah mencanangkan agar menggunakan sistem penanggalan Dinasti Xia dimana Tahun Baru dimulai pada tanggal 1 bulan kesatu. Oleh sebab itu sistem penanggalan ini dikenal pula dengan Kongzili.
MITOS
Menurut legenda, dahulu kala, Nián (
) adalah seekor raksasa pemakan manusia dari pegunungan (atau dalam ragam hikayat lain, dari bawah laut), yang muncul di akhir musim dingin untuk memakan hasil panen, ternak dan bahkan penduduk desa. Untuk melindungi diri mereka, para penduduk menaruh makanan di depan pintu mereka pada awal tahun. Dipercaya bahwa melakukan hal itu Nian akan memakan makanan yang telah mereka siapkan dan tidak akan menyerang orang atau mencuri ternak dan hasil Panen. Pada suatu waktu, penduduk melihat bahwa Nian lari ketakutan setelah bertemu dengan seorang anak kecil yang mengenakan pakaian berwarna merah. Penduduk kemudian percaya bahwa Nian takut akan warna merah, sehingga setiap kali tahun baru akan datang, para penduduk akan menggantungkan lentera dan gulungan kertas merah di jendela dan pintu. Mereka juga menggunakan kembang api untuk menakuti Nian. Adat-adat pengusiran Nian ini kemudian berkembang menjadi perayaan Tahun Baru. Guò nián (Hanzi tradisional: 過年; Tionghoa: 过年), yang berarti "menyambut tahun baru", secara harfiah berarti "mengusir Nian". Sejak saat itu, Nian tidak pernah datang kembali ke desa. Nian pada akhirnya ditangkap oleh 鸿钧老祖 atau 鸿钧天尊 Hongjun Laozu, seorang Pendeta Tao dan Nian kemudian menjadi kendaraan Honjun Laozu.
Sumber: dari berbagai sumber

Sejarah Khalid bin Walid


Khalid bin walid : panglima perang yang dipecat karena tak pernah berbuat kesalahan.

Pada zaman Pemerintahan Sayyidina Umar bin Khatab, ada seorang panglima perang yang disegani lawan dan dicintai kawan. Panglima perang yang tak pernah kalah sepanjang karirnya memimpin tentara dimedan perang. Baik saat beliau masih jadi panglima Quraisy, maupun setelah beliau masuk Islam dan menjadi panglima perang umat muslim. Beliau adalah Jendral Khalid bin Walid. Ada satu kisah menarik dari Khalid bin Walid. Dia memang sangat sempurna dibidangnya; ahli siasat perang,mahir segala senjata, piawai dalam berkuda, dan kharismatik di tengah prajuritnya. Dia juga tidak sombong dan lapang dada walaupun dia berada dalam puncak popularitas. Pada suatu ketika, disaat beliau berada digaris paling depan, memimpin peperangan, tiba-tiba datang seorang utusan dari Amirul mukminin, Syaidina Umar bin Khatab, yang mengantarkan sebuah surat. Didalam surat tertulis tentang pesan singkat,” dengan ini saya nyatakan Jenderal Khalid bin Walid dipecat sebagai panglima perang. Segera menghadap!”.
Menerima khabar tersebut tentu saja sang Jenderal sangat gusar hingga tak bisa tidur. Beliau terus-menerus memikirkan alasan pemecatannya. Kesalahan apa yang telah saya lakukan? Kira-kira begitulah yang berkecamuk didalam pikiran beliau kala itu.
Sebagai prajurit yang baik, taat pada atasan, beliaupun segera siap menghadap Khalifah Umar Bin Khatab. Sebelum berangkat beliau menyerahkan komando perang kepada penggantinya. Sesampai didepan Umar beliau memberikan salam, “ assalamualaikum ya Amirul mukminin! Langsung saja! saya menerima surat pemecatan. Apa betul saya dipecat?”
waalaikumsalam warahmatullah! Betul Khalid!” jawab Khalifah.
“kalau masalah dipecat itu hak Anda sebagai pemimpin. Tapi, kalau boleh tahu, kesalahan saya apa?” “kamu tidak punya kesalahan.”
“kalau tidak punya kesalahan kenapa sya dipecat? Apa saya tak mampu menjadi panglima?”
“pada zaman ini kamu adalah panglima terbaik”
“lalu kenapa saya dipecat?” Tanya jenderal Khalid yang tak bisa menahan rasa penasarannya.
Dengan tenang Khalifah Umar Bin Khatab menjawab, “Khalid, Anda itu jenderal terbaik, panglima perang terhebat. Ratusan peperangan telah Anda pimpin, dan tak pernah satu kalipun Anda kalah. Setiap hari Masyarakat dan prajurit selalu menyanjung Anda. Tapi, ingat Khalid, Anda juga adalah manusia biasa. Terlalu banyak orang yang memuji bukan tidak mungkin akan timbul rasa sombong dalam hatimu. Sedangkan Allah sangat membenci orang yang memiliki rasa sombong. Seberat debu rasa sombong didalam hati maka neraka jahanamlah tempatmu. Karena itu, maafkan aku wahai saudaraku, untuk menjagamu terpaksa saat ini Anda saya pecat. Supaya Anda tahu, jangankan dihadapan Allah, didepan Umar saja Anda tak bisa berbuat apa-apa!”
Mendengar jawaban itu, Jenderal Khalid tertegun, bergetar, dan goyah. Dan dengan segenap kekuatan yang Ada beliau langsung mendekap Khalifah Umar. Sambil menangis beliau berbisik, “terimakasih ya Khalifah. Engkau saudaraku!” Jenderal mana yang berlaku mulia seperti itu? Mengucapkan terimakasih setelah dipecat. Hebatnya lagi, setelah dipecat beliau balik lagi di medan perang. Tapi, tidak lagi sebagai panglima perang. Beliau bertempur sebagai prajurit biasa, sebagai bawahan, di pimpin oleh mantan bawahannya kemarin. Beberapa orang prajurit terheran-heran melihat mantan panglima perang gagah berani tersebut masih mau ikut ambil bagian dalam peperangan. Padahal sudah di pecat. Lalu, ada diantara mereka yang bertanya, “ya Jenderal, mengapa Anda masih mau berperang? Padahal Anda sudah dipecat.” Dengan tenang Khalid bin Walid menjawab, “saya berperang bukan karena jabatan, popularitas, bukan juga karena Khalifah umar. Saya berperang semata-mata karena mencari keridhaan Allah.” Sebuah kisah yang sangat indah dari seorang jenderal, panglima perang, Pedang Allah yang Terhunus. Kita bisa mengambil hikmah dari kisah ini. Betapa rendah hati Sahabat Nabi yang mulia ini. Beliau penuh kemuliaan, punya jabatan, popular dan tak pernah berbuat kesalahan. Namun, ketika semua itu dicabut beliau sedikitpun tak terpengaruh. Beliau tetap berbuat yang terbaik. Karena memang tujuannya semata-mata hanya mencari keridhaan Allah SWT. Semoga beliau dimuliakan disisi Allah SWT, amin.

Generasi zaman now


5 tips Mendidik Generasi zaman Now

B
erbicara generasi zaman kini, tentu tidak terlepas dari era perkembangan teknologi. Hampir semua anak tidak bisa dihindarkan darinya. Semua gadget mereka kenal mulai dari smartphone, ipad, tablet dll. Bahkan tidak hanya anak-anak kota, anak-anak di desa pun sudah banyak yang kecanduan gadget. Di desa, dahulu yang nongkrong diwarung kopi kebanyakan orang laki-laki dewasa, sekarang anak-anak sekolah ramai-ramai mendatangi tempat yang biasa disebut warung giras ini. Ini adalah fenomena baru yang perlu dikritisi. Kira-kira apa yang mereka lakukan disana? Mereka ke warung kopi bukan untuk minum kopi, tapi lebih karena wifi gratis yang disediakan oleh pemilik warung. Nah, disitulah anak-anak tersebut memanfaatkan wifi gratisan untuk dowmload game online atau apapun konten yang mereka inginkan. Bebas, tanpa pendamping siapa pun. Di wilayah pedesaan sudah jarang kita temui anak-anak bermain permainan tradisional. Mereka sekarang lebih asik nongkrong diwarung-warung kopi, dan sibuk dengan gadget masing-masing. Tidak ada komunikasi atau obrolan antar sesama. Lalu, generasi seperti inikah yang menjadi harapan utuk membangun peradaban manusia yang lebih baik di negeri ini? Sulitnya mendidik generasi zaman now.
Pengaruh gadget yang luar biasa untuk anak-anak kita bukan hanya dalam pola asuh orang tua saja, tetapi pola pikir dan pola sikap mereka sudah banyak terpengaruh oleh apa yang mereka lihat di dunia maya. Tentu jika pengaruhnya positif itu akan menyenangkan, namun konten negative yang lebih banyak kita temui di dunia maya itulah yang mengkhawatirkan para orang tua. Mengingat anak-anak masih dalam tahap tumbuh kembang, mereka belum bisa membedakan mana yang benar dan mana yang salah.
Jurus jitu mendidik kids zaman now. Sesungguhnya kita memahami bahwa Rasulullah SAW pernah bersabda, “ didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya.”
Ya mendidik anak bukan hanya sekedar ilmu “katon” tapi harus punya bekal. Diantara bekal tersebut antara lain:
1.      Menanamkan akidah sejak dini yaitu dengan mengenalkan Allah SWT sebagai sang pencipta dan pengatur segala yang ada di jagat raya.
2.      Membekali anak bahwa tujuan penciptaan manusia adalah semata ibadah ( Qur’an surah adz-zariyat:56)
3.      Menjelaskan kepada anak bahwa setiap yang bernyawa pasti mati. Setiap diri akan bertanggung jawab atas amalnya. Jika dia berbuat baik masuk surge, jika buruk masuk neraka.
4.      Memberi teladan pengamalan ibadah sehari-hari dengan istiqomah.
5.      Menghindarkannya dari dampak negative gadget dan pergaulan dengan kesepakatan yang telah disepakati sebelumnya.
Lima poin diatas adalah upaya orang tua untuk membentengi generasi dan pengaruh negative gadget dan lingkungan. Tentunya orang tua tetap harus mendampingi anak-anak mereka. Tugas mulia ini semakin sempurna apabila ada pengawasan masyarakat dan perlindungan dari Negara juga. Wallahu alam.

Sumber: dari berbagai sumber

cerita Motivasi


Jangan Sombong

 Ada seorang filosuf yang menaiki sebuah perahu kecil ke suatu tempat. Karena merasa bosan dalam perahu, kemudian dia pun mencari pelaut untuk berdiskusi.
Filosuf menanyakan kepada pelaut itu: ” Apakah Anda mengerti filosofi?”
“Tidak mengerti.” Jawab pelaut.
“Wahh, sayang sekali, Anda telah kehilangan setengah dari seluruh kehidupan Anda.

Apakah Anda mengerti matematika?” Filosuf tersebut bertanya lagi.
“Tidak mengerti juga.” Jawab pelaut tersebut.
Filosuf itu, menggelengkan kepalanya seraya berkata:
“Sayang sekali, bahkan Anda tidak mengerti akan matematika.
Berarti Anda telah kehilangan lagi setengah dari kehidupan Anda.”
Tiba-tiba ada ombak besar, membuat perahu tersebut terombang-ambing. Ada beberapa tempat telah kemasukan air,
Perahu tersebut akan tenggelam, filosuf tersebut ketakutan. Seketika, pelaut pun bertanya pada filosuf: ” Tuan, apakah Anda bisa berenang?”
Filsuf dengan cepat menggelengkan kepalanya dan berkata: “Saya tidak bisa, cepat tolonglah saya.”
Pelaut menertawakannya dan berkata: “Berenang Anda tidak bisa, apa arti dari kehidupan Anda? Berarti Anda akan kehilangan seluruh kehidupan Anda.”
Semua orang sebenarnya memiliki kelebihan dan kelemahan masing-masing. Bangga atas prestasi itu wajar saja, tetapi jangan sampai membuat diri sendiri menjadi sombong maupun angkuh akan prestasi tersebut. Ingatlah, selalu ada yang lebih pintar dari kita. Dan kita juga masih perlu belajar dari kelebihan orang lain.

Arsip Blog

Kisah Bilal Bin Rabah